Yang sangat perlu diwaspadai, sebagai sebuah gejala, adalah sebuah kalimat di dalam artikel Radek yang sepertinya berdiri terpisah dari tema utama yang sedang kita kupas di sini, namun sebenarnya terikat erat pada tema ini oleh keseragaman pergeseran Radek menjadi seorang teoritikus sentrisme. Saya berbicara mengenai pendekatan-pendekatannya – yang disamarinya – terhadap teori sosialisme di satu negeri. Kita harus menganalisanya, karena kekeliruan ini dapat melebihi semua perbedaan pendapat lainnya dalam perkembangan lebih lanjutnya, yang mengungkapkan bahwa kuantitas telah berubah menjadi kualitas.
Ketika mendiskusikan bahaya yang mengancam revolusi dari luar, Radek menulis bahwa Lenin “… sadar akan fakta bahwa dengan tingkat perkembangan ekonomi di Rusia pada 1905 kediktatoran ini [proletariat] hanya dapat mempertahankan dirinya sendiri jika kaum proletar Eropa Barat membantunya.” (Penekanan dari saya – L.T)
Kesalahan demi kesalahan saling menyusul. Di atas segalanya, ini adalah pelanggaran perspektif sejarah yang sangat kasar. Dalam kenyataannya Lenin mengatakan, dan lebih dari sekali, bahwa kediktatoran demokratik (dan bukan kediktatoran proletariat) di Rusia tidak akan mampu mempertahankan dirinya sendiri tanpa revolusi sosialis di Eropa. Gagasan ini bergerak seperti benang merah di seluruh artikel dan pidato Lenin pada hari-hari kongres partai di Stockholm pada 1906 (polemik melawan Plekhanov, masalah nasionalisasi, dsb.). Di periode tersebut, Lenin bahkan tidak mengajukan masalah kediktatoran proletar di Rusia sebelum revolusi sosialis di Eropa Barat.
Namun bukan di situ letak isu yang paling penting saat ini. Apa arti dari kalimat “dengan tingkat perkembangan ekonomi Rusia pada 1905”? Dan bagaimana dengan tingkat perkembangan ekonomi Rusia pada 1917? Dari perbedaan dalam tingkatan ekonomi inilah teori sosialisme di satu negeri dimunculkan. Program Komitern telah membagi-bagi seluruh dunia ke dalam kotak-kotak, yakni mereka yang memiliki tingkat ekonomi yang “cukup” untuk pembangunan sosialisme secara mandiri, dan yang lainnya yang “tidak cukup”. Dan dengan demikian program ini telah menciptakan serangkaian lorong-lorong buntu untuk strategi revolusi. Perbedaan dalam tingkat ekonomi tentu saja dapat menjadi hal yang menentukan bagi kekuatan politik kelas buruh. Pada 1905, kita tidak dapat meraih kediktatoran proletariat, sama halnya kita juga tidak mampu meraih kediktatoran demokratik. Pada 1917 kita membangun kediktatoran proletariat, yang menelan kediktatoran demokratik. Akan tetapi, dengan perkembangan ekonomi pada 1917, seperti juga pada 1905, kediktatoran proletariat ini hanya dapat mempertahankan dirinya sendiri dan berkembang menjadi sosialisme bila kaum proletar Eropa Barat datang membantu pada waktunya. Sejatinya, “kapan bantuan ini akan datang” tidak dapat diprediksi secara a priori; ini ditentukan oleh jalannya perkembangan gerakan dan perjuangan. Disandingkan dengan masalah fundamental ini, yang ditentukan oleh hubungan kekuatan-kekuatan dunia dan yang merupakan faktor yang menentukan, perbedaan antara tingkat perkembangan Rusia pada tahun 1905 dan 1917, bagaimanapun pentingnya, adalah faktor sekunder.
Namun Radek sendiri tidak puas dengan referensi ambigu mengenai perbedaan tingkat ekonomi ini. Setelah mengacu pada fakta bahwa Lenin melihat adanya hubungan antara masalah-masalah internal revolusi dan masalah-masalah dunia (baru sekarang!) Radek menambahkan:
“Namun Lenin tidak mempertajam konsep hubungan antara pertahanan kediktatoran sosialis di Rusia dan bantuan dari kaum proletar Eropa Barat, seperti yang dengan berlebihan dipertajam oleh formulasi Trotsky, yakni bahwa bantuan tersebut haruslah dalam bentuk bantuan negara, yakni bantuan dari kaum proletar Eropa Barat yang telah menang.” (Penekanan dari saya – L. T)
Jujur saja, saya tidak percaya pada mata saya sendiri ketika saya membaca kalimat tersebut. Untuk apa Radek menggunakan senjata tak berharga ini dari gudang persenjataan para epigone? Ini hanyalah sebuah pengulangan kembali kedangkalan-kedangkalan Stalinis. Terlepas dari yang lainnya, kutipan di atas menunjukkan bahwa Radek tidak memahami jalan pemikiran utama Lenin. Lenin, tidak seperti Stalin, tidak pernah membedakan antara tekanan proletariat Eropa terhadap kekuasaan borjuis dan pengambilalihan kekuasaan oleh proletariat. Sebaliknya, dia memformulasikan masalah bantuan revolusioner dari luar jauh lebih tajam dibandingkan dengan saya. Dalam periode revolusi pertama, dia tanpa mengenal lelah terus mengulang-ulang bahwa kita tidak akan dapat mempertahankan demokrasi (bahkan demokrasi!) tanpa revolusi sosialis di Eropa. Secara umum, pada 1917-1918 dan tahun-tahun berikutnya, Lenin tidak mempertimbangkan dan mengestimasi nasib revolusi kita dengan cara lain selain dalam hubungannya dengan revolusi sosialis yang telah dimulai di Eropa. Dia menekankan secara terbuka bahwa “Tanpa kemenangan revolusi di Jerman, celakalah kita.” Dia mengatakan ini pada 1918, bukan dengan “tingkat ekonomi” tahun 1905; dan apa yang ada di pikirannya bukanlah puluhan tahun ke depan, namun periode yang ada di depan mata kita, yang adalah masalah beberapa tahun, jika bukan beberapa bulan.
Puluhan kali Lenin mengatakan: Jika kita bisa bertahan “alasannya … adalah karena kombinasi dari kondisi-kondisi yang menguntungkan yang melindungi kita dari imperialisme internasional untuk waktu yang singkat.” (untuk waktu yang singkat! – L.T) Dan lebih jauh lagi: “Dalam situasi apapun, imperialisme internasional tidak akan dapat hidup berdampingan dengan Republik Soviet … oleh karenanya kita tidak akan dapat menghindari konflik.” Dan kesimpulannya? Apakah kesimpulannya adalah kaum pasifis yang mengharapkan “tekanan” dari kaum proletar atau “netralisasi” kaum borjuasi? Tidak, kesimpulannya adalah: “Inilah kesulitan terbesar dari Revolusi Rusia … ia harus menyerukan revolusi internasional.” (Lenin. “Speech on the Question of War and Peace”, 7 Maret 1918) Kapan ini dikatakan dan ditulis oleh Lenin? Bukan pada 1905, ketika Nicholas II[1] bernegosiasi dengan Wilhelm II[2] mengenai bagaimana merepresi revolusi dan ketika saya mengajukan formulasi “tajam” saya, tetapi pada 1918, 1919 dan tahun-tahun setelahnya.
Ini yang dikatakan oleh Lenin pada saat Kongres Ketiga Komintern:
“Jelas bagi kita bahwa tanpa dukungan revolusi dunia internasional, kemenangan revolusi proletar [di Rusia – L.T.] adalah mustahil. Sebelum revolusi dan bahkan setelahnya, kita berpikir bahwa hanya ada dua pilihan: revolusi pecah di negeri-negeri yang lainnya, di negeri-negeri yang secara kapitalis lebih maju, dengan segera atau setidaknya dengan sangat cepat, atau kita akan musnah. Meskipun berkeyakinan seperti itu, kita melakukan semua yang mungkin kita lakukan untuk mempertahankan sistem Soviet di bawah semua kondisi, apapun yang terjadi, karena kita tahu bahwa kita sedang bekerja tidak hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk revolusi internasional. Kita mengetahui hal ini, kita berulang kali mengekspresikan keyakinan ini sebelum Revolusi Oktober, tidak lama setelahnya, dan pada saat kita menandatangani Perjanjian Brest-Litovsk[3]. Dan secara umum ini adalah benar. Akan tetapi, dalam kenyataannya, peristiwa-peristiwa tidak berjalan mengikuti garis lurus seperti yang kita harapkan.” (Lenin. “Third Congress of the Communist International: Report on the Tactics of the RCP”, 5 Juli 1921)
Dari tahun 1921 ke depan, peristiwa-peristiwa mulai bergerak sepanjang garis yang tidak selurus seperti yang diharapkan oleh saya dan Lenin pada 1917-19 (dan bukan hanya pada 1905). Namun meskipun begitu ia tetap bergerak sepanjang garis kontradiksi yang tak-terdamaikan antara Negara Buruh dan dunia borjuis. Salah satunya harus lenyap! Negara Buruh dapat dipertahankan dari bahaya-bahaya yang mematikan, bukan hanya secara militer namun juga secara ekonomi, hanya dengan kemenangan dari revolusi proletar di Barat. Usaha untuk mencari-cari dua posisi yang berbeda, posisi Lenin dan posisi saya, dalam persoalan ini adalah puncak dari kedangkalan teoritis. Setidaknya baca ulang karya-karya Lenin, jangan merusak citranya, jangan menyuap kita dengan kotoron busuk Stalinis!
Namun keruntuhan teoritis ini tidak hanya berhenti di sini saja. Setelah Radek menciptakan cerita palsu bahwa Lenin merasa bantuan “sederhana” (pada intinya reformis, Purcellian[4]) dari proletariat dunia adalah cukup, sementara Trotsky “dengan berlebihan menuntut” hanya bantuan Negara, yakni bantuan revolusioner, Radek melanjutkan:
“Pengalaman menunjukkan bahwa pada poin ini, Lenin juga benar. Kaum proletar Eropa belum mampu merebut kekuasaan, namun dia telah cukup kuat, selama masa intervensi[5], untuk mencegah kaum borjuasi dunia dari melemparkan kekuatan yang besar melawan kita. Oleh karenanya, ini membantu kita mempertahankan kekuasaan Soviet. Ketakutan terhadap gerakan buruh, yang disertai antagonisme di dalam dunia kapitalis sendiri, adalah kekuatan utama yang telah menjamin perdamaian selama 8 tahun sejak akhir intervensi [tahun 1921, akhir Perang Sipil – Ed.].”
Paragraf di atas, walaupun tidak dipenuhi dengan keaslian dibandingkan dengan tulisan-tulisan dari para fungsionaris literatur hari ini, dipenuhi dengan kombinasi kekeliruan sejarah, kebingungan politik dan kekeliruan prinsip yang sangat vulgar.
Dari kata-kata Radek, dapat disimpulkan bahwa Lenin pada 1905 meramalkan dalam pamfletnya “Two Tactics” (ini satu-satunya karya yang dikutip Radek) bahwa relasi kekuatan antar negara-negara dan kelas-kelas setelah 1917 akan menyingkirkan untuk waktu yang lama kemungkinan intervensi militer skala besar terhadap kita. Lalu menurut Radek, bertentangan dengan ini, Trotsky pada 1905 tidak melihat situasi yang akan muncul setelah perang imperialis, namun hanya mempertimbangkan realitas pada waktu itu, seperti tentara Hohenzollern (Jerman), tentara Hapsburg (Austria) yang sangat kuat, bursa saham Prancis yang perkasa, dsb. Ini adalah sebuah kekeliruan yang sangat buruk, yang menjadi semakin rumit karena kontradiksi-kontradiksi internalnya yang menggelikan. Karena menurut Radek kesalahan prinsipil saya adalah saya mengajukan prospek kediktatoran proletariat “dengan tingkat perkembangan ekonomi tahun 1905”. Sekarang, kesalahan kedua menjadi lebih mudah dipahami: saya tidak mempertimbangkan prospek kediktatoran proletariat – yang saya ajukan pada permulaan Revolusi 1905 – dengan situasi internasional yang muncul setelah tahun 1917. Ketika argumentasi Stalin biasanya terlihat seperti ini, kita tidak heran, karena kita mengetahui dengan baik “tingkat perkembangan”nya, pada 1917 demikian juga pada 1928. Tetapi bagaimana Radek bisa jatuh ke dalam gerombolan ini?
Namun, ini belum apa-apa. Yang paling parah adalah kenyataan bahwa Radek telah melompati batasan yang memisahkan Marxisme dari oportunisme, batasan yang memisahkan posisi revolusioner dari posisi pasifis. Ini adalah persoalan mengenai perjuangan melawan perang, yaitu tentang bagaimana dan dengan metode apa perang dapat dicegah atau dihentikan; dengan tekanan proletariat terhadap kaum borjuasi atau dengan perang sipil untuk menggulingkan borjuis? Radek secara tidak sengaja telah mendorong ke depan sebuah masalah fundamental dari kebijakan proletariat ke dalam kontroversi kita ini.
Apakah Radek ingin mengatakan bahwa saya “mengabaikan” bukan hanya kaum tani namun juga tekanan proletariat terhadap kaum borjuasi, dan hanya mempertimbangkan revolusi proletariat secara eksklusif? Sulit untuk berasumsi bahwa dia akan membela absurditas semacam itu, seperti halnya Thaelmann, Semard[6] atau Monmosseau[7]. Pada Kongres Ketiga Komintern, kelompok ultra-kiri pada waktu itu (Zinoviev, Thalheimer, Thaelmann, Bela Kun[8], dsb.) menganjurkan taktik putschisme (kudeta) di Eropa Barat untuk menyelamatkan USSR. Bersama dengan Lenin, saya menjelaskan kepada mereka bahwa bantuan terbaik yang bisa mereka berikan kepada kami adalah dengan secara sistematis dan terencana mengkonsolidasi posisi mereka dan menyiapkan diri untuk merebut kekuasaan, ketimbang meluncurkan petualangan-petualangan revolusioner. Pada waktu itu, cukup disesali, Radek tidak berada di sisi Lenin dan Trotsky, namun ada di sisi Zinoviev dan Bukharin. Namun Radek mestinya ingat – bagaimanapun juga, notulensi Kongres Ketiga akan mengingatkannya – bahwa inti argumentasi Lenin dan saya adalah menyerang “formula tajam” yang tidak rasional dari kelompok ultra-kiri. Setelah kita menjelaskan pada mereka bahwa penguatan partai dan tekanan proletariat adalah faktor-faktor penting di dalam relasi-relasi internal dan internasional, kita kaum Marxis menambahkan bahwa “tekanan” adalah sekedar sebuah fungsi dari perjuangan revolusioner untuk merebut kekuasaan dan tergantung sepenuhnya pada perkembangan dari perjuangan tersebut. Untuk alasan ini, Lenin menyampaikan sebuah pidato pada akhir Kongres Ketiga, di sebuah sesi tertutup untuk para delegasi, yang diarahkan untuk melawan tendensi pasifisme dan tendensi menunggu momentum, dan dia lalu menutup pidatonya kira-kira dengan seruan ini: Jangan terlibat dalam petualangan-petualangan, tetapi kawan-kawan, jangan menunggu, karena dengan “tekanan” saja kita tidak dapat bertahan lama.
Radek mengacu pada fakta bahwa kaum proletar Eropa belum mampu merebut kekuasaan setelah peperangan (Perang Dunia Pertama – Ed.), tetapi mereka telah mencegah kaum borjuasi dari menghancurkan kita. Saya juga lebih dari satu kali telah membicarakan hal ini. Meskipun begitu, kaum proletar Eropa berhasil dalam mencegah kehancuran kita hanya karena tekanan kaum proletar ini terjadi bersamaan dengan konsekuensi-konsekuensi objektif dari perang imperialis dan antagonisme-antagonisme dunia yang diperburuk olehnya. Mustahil untuk mengatakan elemen mana yang lebih menentukan: perseteruan di dalam kamp imperialis, keruntuhan ekonomi, atau tekanan kaum proletar; namun masalah ini tidak dapat diajukan seperti itu. Kenyataan bahwa tekanan dengan sendirinya tidaklah memadai ditunjukkan dengan jelas oleh perang imperialis ini, yang tetap terjadi meskipun ada berbagai “tekanan”. Dan akhirnya, ini yang paling penting, jika tekanan kaum proletar pada tahun-tahun pertama dan paling kritis dari Republik Soviet terbukti cukup efektif, maka ini karena pada waktu itu bagi kaum buruh Eropa ini bukanlah persoalan melakukan tekanan tetapi persoalan perjuangan untuk merebut kekuasaan – dan perjuangan tersebut berulang kali mengambil bentuk perang sipil.
Pada 1905, tidak ada perang ataupun keruntuhan ekonomi di Eropa, dan kapitalisme dan militerisme sedang menguat. “Tekanan” Sosial Demokrat pada waktu itu sama sekali tidak mampu mencegah Wilhelm II atau Franz Josef[9] menyerang Kerajaan Polandia dengan tentara mereka, atau secara umum, mencegah mereka memberikan bantuan kepada Tsar. Dan bahkan pada 1918, tekanan proletariat Jerman tidak mencegah Hohenzollern menduduki propinsi-propinsi Baltik dan Ukraina, dan jika dia tidak menyerang sampai sejauh Moskow maka ini hanya karena kekuatan militernya tidak memadai. Jika tidak, bagaimana dan mengapa kita menandatangani perjanjian perdamaian Brest? Begitu mudahnya hari kemarin dilupakan! Lenin tidak membatasi dirinya berharap pada “tekanan” dari kaum proletar, namun berulang kali dia menyatakan bahwa tanpa revolusi di Jerman kita pasti akan hancur. Secara esensi ini benar, meskipun sebuah periode waktu yang lama telah menginterupsi. Jangan berilusi; kita telah menerima sebuah moratorium yang tak bertanggal. Seperti sebelumnya, untuk sementara kita diberikan “ruang bernapas”.
Sebuah kondisi dimana kaum proletar belum mampu merebut kekuasaan, tetapi dapat mencegah kaum borjuasi dari menggunakan kekuatannya untuk meluncurkan peperangan, adalah kondisi perimbangan kelas yang tidak stabil dalam ekspresinya yang paling tinggi. Sebuah perimbangan disebut tidak stabil karena ia tidak dapat bertahan lama. Dia harus bergerak ke satu sisi atau yang lainnya. Entah kaum proletar menjadi berkuasa atau kaum borjuasi, dengan serangkaian pukulan-pukulan, melemahkan tekanan revolusioner untuk mendapatkan kebebasan bertindak, di atas segalanya dalam persoalan perang dan perdamaian.
Hanya seorang reformis yang dapat menggambarkan tekanan kaum proletar terhadap negara borjuis sebagai sebuah faktor yang akan selalu menguat dan sebagai sebuah jaminan melawan intervensi. Dari konsepsi inilah muncul teori pembangunan sosialisme di satu negeri, karena kemampuan menetralisasi kaum borjuasi dunia (Stalin). Seperti burung hantu yang terbang di senja hari, demikian juga dengan teori Stalinis mengenai netralisasi kaum borjuasi oleh tekanan proletariat yang muncul hanya ketika kondisi yang memunculkan teori tersebut mulai menghilang.
Situasi dunia telah mengalami perubahan-perubahan yang tajam di dalam periode ketika pengalaman pasca-perang yang diinterpretasikan secara keliru menuju pada harapan palsu bahwa kita dapat berjalan tanpa revolusi proletariat Eropa dengan menggantinya dengan “dukungan” secara umum. Kekalahan kaum proletar telah membuka jalan untuk stabilisasi kapitalis. Keruntuhan kapitalisme setelah perang telah teratasi. Generasi-generasi baru telah lahir, yang tidak pernah merasakan horor pembantaian imperialis. Hasilnya adalah kaum borjuasi sekarang lebih bebas untuk menggunakan mesin perangnya ketimbang lima atau delapan tahun yang lalu.
Dengan bergeraknya massa buruh ke Kiri, proses yang berkembang ini secara tak terelakkan akan meningkatkan tekanan kaum buruh terhadap negara borjuis. Namun ini adalah sebuah faktor pisau-bermata-dua. Justru bahaya dari kelas buruh yang terus membesar dapat, dalam tahapan selanjutnya, mendorong kaum borjuasi untuk mengambil langkah-langkah menentukan untuk menunjukkan bahwa dialah sang penguasa, dan berusaha untuk menghancurkan pusat penyakit menular ini, yakni Republik Soviet. Perjuangan melawan perang ditentukan bukan oleh tekanan terhadap pemerintah tetapi hanya oleh perjuangan revolusioner untuk merebut kekuasaan. Efek-efek “pasifis” dari perjuangan kelas proletar, seperti efek reformisnya, hanyalah merupakan hasil-hasil sampingan dari perjuangan revolusioner untuk merebut kekuasaan; kekuatan mereka bersifat relatif dan dapat dengan mudah berubah menjadi kebalikannya, yakni mereka dapat mendorong kaum borjuasi untuk mengambil jalan perang. Ketakutan kaum borjuasi terhadap gerakan buruh, yang dilihat oleh Radek hanya dari satu-sisi saja, adalah harapan paling besar dari semua kaum pasifis-sosial. Namun “ketakutan” terhadap revolusi sendiri tidak menentukan apapun. Revolusilah yang menentukan. Untuk alasan ini, pada 1905 Lenin mengatakan bahwa satu-satunya jaminan dari restorasi monarki, dan pada 1918, bahwa satu-satunya jaminan dari restorasi kapitalisme, tidak akan datang dari tekanan kaum proletar namun dari kemenangan revolusioner kaum proletar Eropa. Inilah satu-satunya cara yang benar untuk mengajukan masalah ini. Kendati sekarang kita punya “ruang bernapas” yang panjang, formulasi Lenin tetap sepenuhnya benar, bahkan untuk hari ini. Saya juga memformulasikan masalah ini dengan cara yang sama. Saya menulis di “Hasil dan Prospek” pada 1906:
“Ketakutan terhadap pemberontakan kaum proletar inilah yang mendorong partai-partai borjuis, bahkan ketika mereka mendukung anggaran militer yang besar, untuk membuat deklarasi-deklarasi yang serius mengenai perdamaian, memimpikan sebuah Sidang Arbitrasi Internasional dan bahkan organisasi Uni Eropa. Deklarasi-deklarasi yang menyedihkan ini tentu saja tidak dapat menghapus antagonisme antar bangsa ataupun konflik-konflik bersenjata.” (Trotsky. “Hasil dan Prospek”, Bab 9: Eropa dan Revolusi).
Kesalahan utama dari Kongres Keenam Komintern terletak di sini, bahwa untuk menyelamatkan perspektif pasifis dan reformis-nasional dari Stalin-Bukharin, Komintern lari mengejar resep-resep revolusioner-teknikal untuk melawan bahaya perang, dengan memisahkan perjuangan melawan perang dari perjuangan untuk merebut kekuasaan.
Inspirator dari Kongres Keenam ini, yakni para pembangun sosialisme di satu negeri yang ketakutan – pada prinsipnya, mereka adalah kaum pasifis yang ketakutan – berusaha untuk meneruskan usaha “netralisasi” kaum borjuasi melalui metode-metode “tekanan” yang intensif. Tetapi karena mereka tahu bahwa kepemimpinan mereka di berbagai negeri telah mengakibatkan kekalahan revolusi dan telah melempar kaum pelopor proletar internasional jauh ke belakang, mereka mencoba mencampakkan “formulasi tajam” Marxisme, yang mengikat erat persoalan perang dengan persoalan revolusi. Mereka telah mengubah perjuangan melawan perang menjadi sebuah tugas yang independen. Dan untuk partai-partai komunis lain yang menghadapi momen-momen menentukan dalam perjuangan merebut kekuasaan, mereka menyerukan bahwa bahaya perang adalah permanen, tidak dapat ditunda, dan mendesak. Semua yang terjadi di dunia terjadi untuk tujuan perang. Sekarang, perang bukan lagi instrumen rejim borjuis; rejim borjuis adalah instrumen perang. Akibatnya, perjuangan Komunis Internasional melawan perang diubah menjadi sebuah sistem formula-formula yang ritualistik, yang secara otomatis diulang-ulang di setiap kesempatan, dan tidak lagi efektif. Sosialisme nasional Stalinis cenderung mengubah Komunis Internasional menjadi sebuah alat pelengkap untuk “menekan” kaum borjuasi. Tendensi inilah, dan bukan Marxisme, yang dibantu oleh Radek dengan kritiknya yang terburu-buru, kotor, dan dangkal. Dia telah kehilangan petunjuk dan terseret ke dalam sebuah arus yang asing yang akan membawanya jauh ke pantai yang berbeda.
Alma-Ata, Oktober 1928
[1] Tsar Nicholas II (1868 – 1918) adalah kaisar Rusia yang terakhir, sebelum dia ditumbangkan oleh Revolusi Februari 1917, dan dieksekusi oleh Pemerintahan Bolshevik..
[2] Wilhem II (1859 -1941) adalah Kaisar Jerman yang terakhir, yang memerintah Kerajaan Jerman dan Prusia dari 1888 hingga 1918, dimana kerajaan dia ditumbangkan oleh Revolusi Jerman.
[3] Perjanjian Brest-Litovsk adalah perjanjian yang dilakukan oleh pemerintah Soviet pada 1918 dalam usahanya untuk menghentikan perang dengan Jerman. Negosiasi berlangsung selama beberapa bulan, yang saat itu Jerman terus menyerang Uni Soviet. Komite Sentral mengirim Trotsky sebagai kepala delegasi untuk bernegosiasi dengan Jerman. Pada 3 Maret 1918, Perjanjian Brest-Litovsk ditandatangani, dengan syarat-syarat yang memberatkan dimana Uni Soviet kehilangan banyak daerah. Gencatan senjata ini hanya bertahan selama 8 bulan sebelum Jerman membatalkannya.
[4] Mengacu pada Albert A. Purcell, pemimpin reformis dari gerakan serikat buruh Inggris.
[5] Yang dimaksud adalah intervensi 18 negara imperialis saat Perang Sipil di Rusia dari 1918-1921.
[6] Pierre Semard (1887-1942) adalah seorang pemimpin Partai Komunis Prancis, dan menjadi sekjennya dari tahun 1924-1928. Dia ditembak mati oleh Nazi saat dipenjara.
[7] Gustav Monmousseau (1883-1960) adalah pemimpin Partai Komunis Perancis dan CGTU, Federasi Serikat Buruh Prancis. Dia adalah pendukung Stalin.
[8] Bela Kun (1886-1937) adalah pemimpin dari Soviet Hungaria yang dikalahkan pada tahun 1919; bekerja untuk Komintern dan mengarahkan pemberontakan yang direncanakan dengan buruk di Jerman pada bulan Maret 1921. Dia dituduh berkhianat dalam Pengadilan Moskow dan ditembak.
[9] Franz Josef I Karl (1830-1916) adalah kaisar Austria dari keluarga dinasti Habsburg.