Bila kita membandingkan perkembangan sosial di Rusia dengan perkembangan sosial di negeri-negeri Eropa lainnya – dengan mengelompokkan negeri-negeri Eropa yang memiliki sejarah yang serupa dan yang membuatnya berbeda dengan sejarah Rusia – kita dapat mengatakan bahwa karakter utama dari perkembangan sosial Rusia adalah keprimitifannya dan kelambanannya secara komparatif.
Di sini kita tidak akan berbicara mengenai penyebab-penyebab dasar dari keprimitifan ini, tetapi kenyataan ini tidak terelakkan: bahwa kehidupan sosial di Rusia dibangun di atas pondasi ekonomi yang lebih miskin dan lebih primitif.
Marxisme mengajarkan bahwa perkembangan kekuatan-kekuatan produksi-lah yang menentukan proses historis-sosial. Pembentukan unit-unit ekonomi, kelas-kelas dan estate[1] (kelompok sosial – Ed.) hanyalah mungkin terjadi bila perkembangan kekuatan produksi telah mencapai suatu level tertentu. Diferensiasi estate dan kelas, yang ditentukan oleh perkembangan pembagian kerja dan penciptaan fungsi-fungsi sosial yang lebih terspesialisasi, membutuhkan satu bagian dari populasi yang diperkerjakan untuk memproduksi nilai-lebih yang melampaui kebutuhan konsumsinya. Kelas-kelas yang tidak berproduksi (non-producing classes) hanya bisa lahir dan mengambil bentuk melalui pengasingan nilai-lebih ini. Lebih jauh lagi, pembagian kerja di antara kelas-kelas yang berproduksi (producing classes) hanya mungkin tercapai bilamana perkembangan pertanian telah mencapai tingkatan tertentu, sehingga mampu menyediakan produk pertanian kepada populasi yang tidak bertani. Teori-teori fundamental perkembangan sosial ini sudah diformulasikan secara jelas oleh Adam Smith[2].
Oleh karena itu, walaupun periode Novgorod[3] dari sejarah kita berlangsung bersamaan dengan permulaan Zaman-Pertengahan[4] di Eropa, lambatnya perkembangan ekonomi di Rusia yang disebabkan oleh kondisi-kondisi geografi dan historis (kondisi geografi yang tidak menguntungkan, populasi yang tersebar luas) menghambat proses pembentukan kelas dan memberinya sebuah karakter yang lebih primitif.
Sulit untuk memprediksi seperti apa bentuk perkembangan sosial di Rusia bila ia tetap terisolasi dan hanya berada di bawah pengaruh tendensi-tendensi internal saja. Cukup jelas bahwa hal tersebut tidak terjadi. Kehidupan sosial Rusia, yang dibangun di atas pondasi ekonomi internal tertentu, selalu berada di bawah pengaruh dan tekanan sosial dan historis eksternal dari sekelilingnya.
Ketika organisasi sosial dan negara ini, di dalam proses pembentukannya, berbenturan dengan organisasi-organisasi sosial dan negara dari tetangga-tetangganya, keprimitifan relasi-relasi ekonomi Rusia dan perkembangan ekonomi negeri-negeri tetangga yang relatif lebih tinggi memainkan peran yang besar dalam menentukan proses selanjutnya.
Negara Rusia, yang tumbuh dari sebuah basis ekonomi yang primitif, memasuki relasi-relasi dan pertentangan dengan negeri-negeri yang dibangun dari pondasi yang lebih tinggi dan lebih stabil. Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi: Negara Rusia runtuh dalam perlawanannya dengan negeri-negeri tersebut, seperti halnya Golden Horde[5] yang runtuh dalam pertentangannya dengan Rusia; atau Rusia akan melampaui negeri-negeri tersebut dalam perkembangan relasi-relasi ekonomi dan menyerap kekuatan-kekuatan vital yang jauh lebih besar dibandingkan bila ia tetap terisolasi. Akan tetapi, ekonomi Rusia sudah cukup berkembang, dan ini mencegah skenario runtuhnya Rusia. Negara Rusia tidak hancur tetapi mulai tumbuh di bawah tekanan yang sangat besar dari kekuatan-kekuatan ekonomi.
Oleh karenanya, masalah utamanya adalah bukan Rusia dikelilingi oleh musuh-musuhnya dari berbagai penjuru. Ini tidak menjelaskan apa-apa. Semua negeri Eropa dikelilingi oleh musuh-musuhnya, kecuali mungkin Inggris. Di dalam perjuangannya untuk eksis, negeri-negeri ini bergantung pada basis ekonomi yang kurang lebih sama, dan maka dari itu perkembangan organisasi negara mereka tidak terlalu dipengaruhi oleh tekanan eksternal yang besar.
Perang melawan Crimea dan Nogai Tatar memberikan tekanan yang sangat besar pada negara Rusia. Tetapi ini tidaklah lebih besar dibandingkan dengan perang antara Prancis dan Inggris yang berlangsung ratusan tahun. Bukan orang Tatar yang memaksa Rusia untuk memperkenalkan senjata api dan membentuk tentara reguler Streltsi[6]; bukan orang Tatar yang memaksa Rusia untuk membentuk pasukan berkuda dan tentara infantri; yang melakukan itu adalah tekanan dari Lithuania, Polandia, dan Swedia.
Sebagai akibat dari tekanan Eropa Barat, Negara Rusia menelan produk nilai-lebih yang sangatlah besar; dalam kata lain, ia hidup dari menghisap kelas-kelas atas yang sedang dalam proses pembentukan, dan oleh karena itu menghambat perkembangan kelas-kelas ini yang memang sudah lambat. Bukan hanya itu saja. Negara Rusia merampas ‘hasil produksi yang penting’ dari kaum tani, merampas sumber penghidupannya, memaksa kaum tani untuk mengungsi dari tanah mereka – dan oleh karena itu menghambat pertumbuhan populasi dan perkembangan kekuatan-kekuatan produksi. Maka dari itu, karena Negara menelan produk nilai-lebih yang teramat besar, ia menghambat diferensiasi estate yang memang sudah lambat; karena ia merampas produk yang penting, Negara Rusia menghancurkan bahkan basis-basis produksi primitif yang dia butuhkan.
Tetapi, untuk bisa eksis, untuk bisa berfungsi, dan yang paling penting untuk bisa mengasingkan produk nilai-lebih yang dia butuhkan, Negara Rusia membutuhkan organisasi estate yang hirarkikal. Inilah mengapa, walaupun Negara Rusia melemahkan pondasi-pondasi ekonomi untuk perkembangannya, pada saat yang sama ia berusaha keras untuk mendorong perkembangan pondasi-pondasi ekonomi ini dengan kebijakan-kebijakan pemerintahan, dan – seperti negeri-negeri yang lain – berusaha keras untuk mendorong perkembangan estate-estate ini untuk kepentingannya sendiri. Milyukov[7], seorang ahli sejarah budaya Rusia, melihat di sini sebuah kontras dengan sejarah Eropa Barat. Tetapi sebenarnya tidak ada kontras di sini.
Estate-Monarki Abad Pertengahan, yang tumbuh menjadi absolutisme birokratik, membentuk sebuah bentuk negara yang memperkuat kepentingan-kepentingan dan relasi-relasi sosial tertentu. Tetapi bentuk negara ini sendiri, setelah ia lahir dan eksis, memiliki kepentingan-kepentingannya sendiri (dinasti, monarki, birokratis …) yang berbenturan dengan kepentingan-kepentingan kelompok-kelompok estate yang lebih rendah dan bahkan juga yang lebih tinggi. Kelompok-kelompok estate yang mendominasi, yang merupakan ‘tembok penengah’ sosial yang krusial antara massa rakyat dan organisasi Negara, menekan organisasi Negara dan membuat kepentingan-kepentingan mereka menjadi bagian dari aktivitas praktis Negara. Pada saat yang sama, kekuasaan Negara, sebagai sebuah kekuatan yang independen, juga memandang kepentingan-kepentingan kelompok-kelompok estate yang lebih tinggi dari sudut pandangnya sendiri. Ia mulai menolak aspirasi mereka dan mencoba menekukkan lutut mereka. Sejarah relasi yang sesungguhnya antara Negara dan kelompok-kelompok estate mengikuti garis konsekuensi yang ditentukan oleh korelasi kekuatan-kekuatan sosial.
Sebuah proses yang serupa dalam basis fundamentalnya mengambil tempat di Rusia. Negara Rusia berusaha keras untuk memanfaatkan kelompok-kelompok ekonomi yang sedang berkembang, untuk menguasai mereka di bawah kepentingan-kepentingan finansial dan militer yang terspesialisasi. Kelompok-kelompok ekonomi yang mendominasi ini, seiring dengan pertumbuhan mereka, berusaha untuk menggunakan Negara untuk mengkonsolidasikan posisi mereka dalam bentuk privilese-privilese estate. Di dalam permainan kekuatan-kekuatan sosial ini, hasil akhirnya jauh lebih menguntungkan Negara Rusia, tidak seperti sejarah Eropa Barat. Pertukaran jasa antara Negara dan kelompok-kelompok sosial atas, yang mengorbankan rakyat pekerja, yang menemukan ekspresinya di dalam distribusi hak dan kewajiban, distribusi beban dan privilese; pertukaran jasa ini lebih kurang menguntungkan bagi kaum bangsawan dan kaum pendeta di Rusia bila dibandingkan dengan estate-Monarki pada saat Zaman Pertengahan di Eropa. Ini sangatlah jelas. Akan tetapi, walaupun di Eropa Barat kelompok-kelompok estate menciptakan Negara, akan sangat berlebihan kalau kita lalu mengatakan bahwa di Rusia kekuasaan Negara menciptakan kelompok-kelompok estate (seperti yang dikatakan oleh Milyukov).
Kelompok-kelompok estate tidak dapat diciptakan melalui kebijakan-kebijakan Negara dan hukumnya. Sebelum sebuah kelompok sosial dapat mengambil bentuk sebagai kelompok estate yang memiliki hak istimewa dengan bantuan kekuasaan Negara, ia harus berkembang terlebih dahulu secara ekonomi dengan semua kemajuan-kemajuan sosialnya. Estate tidak dapat dibangun berdasarkan hirarki sosial yang sebelumnya, atau berdasarkan undang-undang Legion d’Honneur[8]. Dengan sumberdayanya, Negara hanya dapat membantu proses ekonomi dasar yang membawa ke permukaan formasi-formasi ekonomi yang lebih tinggi. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, Negara Rusia mengkonsumsi bagian yang sangat besar dari kekuatan-kekuatan produksi bangsa, dan oleh karena itu menghambat proses kristalisasi kelas-kelas sosial, tetapi ia membutuhkan proses ini untuk kepentingan-kepentingannya sendiri. Maka dari itu, sangatlah lazim kalau di bawah pengaruh dan tekanan dari Eropa Barat yang ditransfer melalui organisasi militer-negara, Negara Rusia merespon dengan memaksa perkembangan diferensiasi kelas sosial di atas sebuah pondasi ekonomi yang primitif. Dan tidaklah aneh kalau Negara di dalam usahanya sebagai wali dari perkembangan diferensiasi kelas ini akan menggunakan kekuasaannya untuk mengarahkan perkembangan kelas-kelas atas sesuai dengan kepentingannya sendiri. Tetapi dalam perjalanannya untuk mencapai tujuan ini, Negara Rusia terhambat oleh kelemahannya sendiri dan keprimitifan organisasinya, yang disebabkan oleh keprimitifan struktur sosial.
Maka dari itu, Negara Rusia, yang dibangun di atas basis kondisi-kondisi ekonomi Rusia, terdorong maju oleh tekanan bersahabat, dan bahkan lebih oleh tekanan yang bermusuhan, dari Negara-Negara tetangga yang telah berkembang di atas basis ekonomi yang lebih tinggi. Semenjak itu – terutama semenjak akhir abad ke-17 – Negara Rusia berusaha keras dengan seluruh kekuatannya untuk mempercepat perkembangan alami ekonomi bangsa. Cabang-cabang baru dari kerajinan-tangan, mesin-mesin, pabrik-pabrik, industri besar, kapital, boleh dibilang dicangkok di batang pohon ekonomi. Kapitalisme tampak seperti dilahirkan oleh Negara.
Dari sini, dapat dibilang kalau semua ilmu pengetahuan di Rusia adalah produk artifisial dari pemerintahan, sebuah cangkokan artifisial dari kebodohan nasional[9].
Kebudayaan Rusia, seperti halnya ekonomi Rusia, berkembang di bawah tekanan langsung dari kebudayaan dan ekonomi Eropa yang lebih tinggi. Karena karakter alami dari kondisi-kondisi ekonomi Rusia – yakni perdagangan asing yang lemah dan relasi-relasi dengan bangsa-bangsa yang lain didominasi oleh karakter Negara – maka pengaruh dari bangsa-bangsa ini diekspresikan di dalam perjuangan untuk kelangsungan Negara sebelum diekspresikan di dalam kompetisi ekonomi secara langsung. Ekonomi Eropa Barat mempengaruhi ekonomi Rusia melalui Negara. Supaya bisa bertahan hidup di tengah-tengah negeri-negeri musuh yang persenjataannya lebih baik, Rusia terpaksa harus membangun pabrik-pabrik, membuka sekolah-sekolah navigasi, mencetak buku-buku teks mengenai pertahanan, dsb. Secara umum, arah ekonomi internal dari bangsa yang besar ini bergerak ke arah yang sama, dan perkembangan kondisi-kondisi ekonomi menciptakan permintaan untuk ilmu pengetahuan umum dan teknik. Kalau tidak begitu, maka usaha Negara Rusia akan sia-sia saja. Ekonomi nasional Rusia, yang berkembang dari ekonomi alami ke ekonomi moneter-komoditi, hanya dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan Pemerintah yang sesuai dengan perkembangannya. Sejarah perindustrian Rusia, sistem moneter Rusia, dan sistem kredit Negara, adalah contoh yang paling bagus untuk paparan di atas.
“Mayoritas cabang-cabang industri (metal, gula, minyak bumi, kilang minyak, bahkan industri tekstil) dibangun di bawah pengaruh langsung dari kebijakan-kebijakan Pemerintah, kadang-kadang bahkan dengan bantuan subsidi Pemerintah yang besar, tetapi terutama karena Pemerintah selalu secara sadar menjalankan kebijakan Proteksionis. Selama rejim Alexander, Pemerintah secara terbuka mengadopsi kebijakan ini di dalam panji-panjinya … Lingkaran-lingkaran pejabat tinggi Pemerintah, yang secara penuh menerima prinsip-prinsip Proteksionisme dalam aplikasinya di Rusia, ternyata lebih maju dibandingkan kelas-kelas terdidik kita secara keseluruhan.” (Profesor D. Mendeleyev. “Toward the Understanding of Russia”, St. Petersburg, 1906, hal. 84)
Para pendukung Proteksionisme industri yang terdidik ini lupa menambahkan bahwa kebijakan Pemerintah ini tidak didikte oleh keinginan untuk mengembangkan kekuatan-kekuatan industri, tetapi sepenuhnya oleh pertimbangan-pertimbangan fiskal dan sedikit banyak oleh pertimbangan-pertimbangan militer. Untuk alasan ini, kebijakan Proteksionisme sering bertentangan dengan kepentingan-kepemtingan fundamental dari perkembangan industri, dan bahkan sering bertentangan dengan kepentingan-kepentingan individual dari banyak kelompok-kelompok pedagang. Para pemilik pabrik pemintal-kapas secara terbuka menyatakan bahwa “pajak kapas yang tinggi ini dipertahankan bukan untuk mendorong perkebunan kapas tetapi hanya untuk kepentingan-kepentingan fiskal”. Dalam ‘penciptaan’ estate dan seperti halnya juga dalam penciptaan industri perkebunan, Pemerintah Rusia hanya mengejar tujuan-tujuannya sendiri dan pertimbangan utamanya adalah memenuhi pajak negara. Akan tetapi, jelas kalau kaum otokrasi memainkan peran yang cukup besar dalam mengimplementasikan sistem produksi pabrik di Rusia.
Pada momen ketika kelas borjuasi yang sedang berkembang ini mulai merasa kalau mereka memerlukan institusi-institusi politik Eropa Barat, otokrasi sudah dipersenjatai dengan semua kekuatan material Negara Eropa. Negara Rusia adalah sebuah mesin birokrasi sentralistis yang cukup tidak berguna untuk membangun relasi-relasi sosial yang baru, tetapi mampu melakukan represi yang sistematis. Wilayah Rusia yang sangat luas sudah teratasi dengan telegraf, yang memberikan kepercayaan-diri untuk aksi-aksi administrasi dan secara relatif memberikan kesetaraan dan kecepatan dalam tindakan-tindakannya (tindakan represi). Rel-rel kereta api memungkinkan Rusia untuk mengirim tentara dari satu ujung ke ujung yang lain dengan cepat. Pemerintahan-pemerintahan pra-revolusi di Eropa tidak memiliki rel dan telegraf. Angkatan bersenjata milik absolutisme Rusia ini sangatlah besar – dan bila ia tidak berguna di dalam peperangan Rusia-Jepang[10], ia tetap berguna untuk dominasi internal. Bukan hanya Pemerintah Prancis sebelum Revolusi Besar (1789-1799), bahkan Pemerintah Prancis tahun 1848 pun tidak memiliki tentara seperti Rusia sekarang ini.
Dengan mengeksploitasi Rusia sebesar-besarnya melalui mesin fiskal dan militernya, Pemerintahan Rusia meningkatkan anggaran tahunannya sampai sebesar dua milyar rubel. Didukung oleh tentaranya dan neraca keuangannya, pemerintah otokrasi ini membuat Bursa Saham Eropa sebagai departemen pajaknya, dan oleh karenanya pembayar pajak Rusia menjadi pembayar upeti kepada Bursa Saham Eropa
Maka, pada 1880-1890an, Pemerintahan Rusia menghadapi dunia sebagai sebuah organisasi militer-birokrasi dan fiskal-Bursa-Saham yang teramat kuat.
Kekuatan finansial dan militer dari monarki-absolut ini membingungkan dan membutakan bukan hanya kaum borjuasi Eropa tetapi juga kaum liberal Rusia, yang telah kehilangan semua keyakinan untuk melawan absolutisme. Kekuatan finansial dan militer dari monarki-absolutis ini tampaknya menihilkan kemungkinan Revolusi Rusia. Tetapi kenyataannya justru sebaliknya.
Semakin tersentralisirnya sebuah pemerintah dan semakin terpisahnya ia dari masyarakat, semakin cepat ia menjadi sebuah organisasi yang otokratik yang berdiri di atas masyarakat. Semakin besar kekuatan-kekuatan finansial dan militer yang dimiliki organisasi semacam itu, semakin lama dan semakin berhasil ia dapat melanjutkan perjuangan untuk mempertahankan keberadaannya. Negara Rusia yang sentralis, dengan anggaran belanjanya yang sebesar 2 milyar, hutangnya sebesar 8 milyar dan angkatan bersenjata dengan jutaan tentara, mampu bertahan jauh setelah ia sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar perkembangan sosial – bukan hanya kebutuhan-kebutuhan administrasi internal tetapi bahkan kebutuhan-kebutuhan pertahanan militer, dimana tujuan awal dari Negara ini adalah justru pertahanan.
Semakin lama masalah ini tak terpecahkan, semakin besar kontradiksi antara kebutuhan perkembangan ekonomi dan sosial dengan kebijakan Pemerintah, yang telah menciptakan inersia ‘jutaan kali lipat’. Setelah era ‘reforma-reforma tambalan’ – yang tidak menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi ini, tetapi sebaliknya mengekspos mereka untuk pertama kalinya – ditinggal di belakang, menjadi semakin sulit dan tidak mungkin secara psikologis bagi Pemerintah untuk secara sukarela mengambil jalan parlementer. Satu-satunya jalan keluar dari kontradiksi-kontradiksi ini adalah melalui akumulasi tekanan di dalam mesin uap absolutisme yang cukup besar untuk menghancurkan ketel mesin uap tersebut.
Oleh karena itu, kekuatan administrasi, militer, dan finansial dari absolutisme tidak hanya membuat revolusi suatu hal yang mungkin – seperti pendapatnya kaum liberal – tetapi sebaliknya membuat revolusi sebagai satu-satunya jalan keluar. Terlebih lagi, revolusi ini pasti akan mengambil karakter yang radikal karena jurang besar antara Negara dan masyarakat yang digali oleh absolutisme. Marxisme Rusia boleh berbangga hati karena dengan sendirinya mampu menjelaskan arah perkembangan gerakan ini dan meramal bentuk-bentuk umumnya[11], sedangkan kaum liberal menyuap diri mereka sendiri dengan ‘praktikalisme’ yang utopis dan kaum ‘Narodnik’[12] yang revolusioner hidup di dalam fantasi dan mempercayai mujizat-mujizat.
Semua perkembangan sosial yang kita saksikan ini membuat revolusi tak-terelakkan. Lalu, apa kekuatan-kekuatan pengerak revolusi ini?
[1] Estate adalah sebuah kelompok sosial dari masyarakat pra-kapitalis atau feodalisme yang memiliki hak-hak dan tugas-tugas yang ditentukan oleh hukum. Ini berbeda dengan kelas. Misalkan kaum pendeta adalah sebuah estate dan bukanlah sebuah kelas. Di Zaman Pertengahan Eropa, secara umum ada tiga estate: kaum pendeta (estate pertama), kaum aristokrat (estate kedua), dan rakyat secara umum (estate ketiga) yang mencakupi kaum tani, para tukang, pekerja dan kaum borjuasi (semuanya yang bukan anggota estate pertama dan kedua). Pada 1789, 96% populasi di Prancis adalah dari estate ketiga.
[2] Adam Smith (1723-1790) adalah seorang ahli ekonomi dari Skotlandia, yang pertama kali menyelesaikan sebuah teori komprehensif mengenai ekonomi-politik. Dia dianggap sebagai bapak dari ekonomi moderen.
[3] Periode Novgorod adalah periode republik Novgorod di Rusia, yang merupakan zaman pertengahannya Rusia dari 1136-1478.
[4] Zaman-Pertengahan adalah suatu periode di Eropa, dari jatuhnya Kekaisaran Romawi pada abad ke-5 hingga abad ke-15.
[5] Golden Horde adalah istilah Rusia untuk orang Mongolia.
[6] Streltsi adalah unit rejimen di Rusia dari abad ke-16 hingga abad ke-18
[7] Pavel Milyukov (1859-1943) adalah pendiri Partai Konstitusional Demokratik atau Kadet, sebuah partai borjuis liberal di Rusia. Setelah Revolusi Februari, Milyukov menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dalam Pemerintahan Sementara. Pada 20 April, dia mengirim surat atas nama Pemerintahan Sementara kepada pihak Sekutu bahwa Rusia siap untuk melanjutkan perang hingga “kemenangan akhir”. Surat ini bocor dan dia dipaksa mundur pada Mei 1917 akibat demonstrasi besar-besaran dari rakyat Rusia yang mengehendaki berakhirnya perang. Pada Agustus 1917, Milyukov mendukung usaha kudeta Kornilov terhadap Pemerintahan Sementara. Mengikuti kegagalan ini, Milyukov meninggalkan Rusia, kemudian membantu Tentara Putih yang menyerang Uni Soviet.
[8] Legion d’Honneur adalah sebuah orde kemiliteran Prancis yang diciptakan oleh Napolen Bonaparte pada 1802.
[9] Cukup mudah untuk mengingat ciri-ciri khusus dari relasi yang sesungguhnya antara Negara dan sekolah, bahwa sekolah adalah produk ‘artifisial’ dari Negara, seperti halnya pabrik. Usaha pendidikan Negara menggambarkan ‘keartifisialan’ ini. Murid-murid yang bolos dirantai. Seluruh sekolah dirantai. Belajar adalah bentuk pelayanan. Murid-murid dibayar gaji, dsb. dsb. – L.T.
[10] Peperangan Rusia-Jepang berlangsung dari 1904-1905, dimana Rusia dan Jepang berperang untuk merebut daerah Manchuria dan Korea.
[11] Bahkan kaum birokrat revolusioner seperti Profesor Mendeleyev tidak dapat memungkiri ini. Berbicara mengenai perkembangan industri, dia mengamati: “Kaum sosialis melihat ada sesuatu di sini dan bahkan setengah memahaminya, tapi kemudian mereka takabur, mengikuti Latinisme [!], menyerukan penggunaan kekerasan, memanfaatkan insting massa yang brutal dan berjuang demi revolusi dan kekuasaan.” (Towards the Understanding of Russia, hal. 120) – L.T.
[12] Narodnik adalah gerakan revolusioner Rusia pada 1860an dan 1870an. Gerakan ini dimotori oleh kaum muda dan intelektual dari kota-kota, yang percaya bahwa kaum tani adalah kelas revolusioner yang akan menggulingkan monarki, menganggap komune desa sebagai embrio Sosialisme. Gerakan ini menemui kegagalan besar, dan lalu berkembang menjadi gerakan terorisme yang berusaha menggulingkan monarki Tsar dengan pembunuhan terhadap petinggi-petinggi negara