MIA > Bahasa Indonesia > Karya Marxis > Trotsky
Diterbitkan di Pravda, 24 dan 26 Juni 1923
Penerjemah: Ted Sprague (Mei 2011) dari Tasks of Communist Education
Sebuah pidato yang disampaikan oleh Leon Trotsky pada tanggal 18 Juni 1923 di ulang tahun kelima Universitas Komunis, yang dinamai Universitas Sverdlov. Diterbitkan di koran Pravda pada tanggal 24 dan 26 Juni 1923.
1. “Manusia Baru” dan Kaum Revolusioner
Kamerad! Seluruh Uni Soviet – dan kita harus percaya dengan teguh bahwa kita adalah sebuah Kesatuan[1] – sekarang sedang bersukacita merayakan ulang tahun kelimanya. Kita harus akui bahwa setelah melewati ulang tahun keempatpuluh, kita kehilangan sedikit semangat untuk merayakan ulang tahun. Tetapi bila ada ulang tahun kelima kita yang layak mendapatkan perhatian, dan dapat benar-benar membangkitan semangat, ini adalah ulangtahun kelima dari Universitas Komunis, yang dalam kata-kata Sverdlov[2], merupakan pemasok kaum muda partai.
Kamerad, sering ditekankan kalau tugas pendidikan Komunis adalah untuk membangun manusia baru. Kata-kata ini agak terlalu umum, terlalu sentimental. Benar, pada saat perayaan ulangtahun, perasaan sentimental bukan hanya diperbolehkan tetapi juga dianjurkan. Akan tetapi, dalam perayaan ini, kita tidak perlu mengijinkan tafsiran humanis tak berbentuk mengenai konsep “manusia baru” atau tugas-tugas pendidikan Komunis. Tidak ada keraguan apapun kalau manusia masa depan, rakyat komune, akan menjadi makhluk yang sangat menarik dan indah, dan bahwa psikologinya – kaum futuris akan memaafkan saya, tetapi saya berpendapat kalau manusia masa depan akan memiliki psikologi [tawa] – akan sangat berbeda dengan psikologi kita. Sayangnya, tugas kita sekarang bukanlah pendidikan manusia masa depan. Pandangan utopis dan humanis-psikologis adalah bahwa manusia baru haruslah dibentuk terlebih dahulu, dan lalu manusia-manusia baru ini akan kemudian menciptakan kondisi-kondisi baru.
Kita tidak mempercayai ini. Kita tahu bahwa manusia adalah produk dari kondisi-kondisi sosial, dan tidak bisa serta merta loncat keluar darinya. Tetapi kita juga tahu satu hal yang lain: bahwa ada sebuah hubungan yang kompleks dan saling bekerja secara mutual dan aktif antara manusia dan kondisi-kondisinya. Manusia sendiri adalah instrumen dari perkembangan sejarah ini, dan tidak kurang dari itu. Jadi di dalam keterpautan historis yang kompleks antara kondisi-kondisi dan manusia-manusia aktif, kita tidak sedang menciptakan rakyat komune yang harmonis dan sempurna secara abstrak – oh, tidak. Dengan Universitas Sverdlov sebagai salah satu alat kita, kita sedang membentuk manusia-manusia konkret dari epos kita, yang masih harus berjuang untuk menciptakan kondisi-kondisi yang mana masyarakat komune harmonis dapat tumbuh. Ini tentu saja adalah hal yang sangat berbeda, untuk alasan yang sederhana bahwa cicit kita, penduduk dari komune ini, tidak akan menjadi kaum revolusioner.
Sekilas pandang ini tampak keliru, ini hampir menghina. Namun begitulah kenyataannya. Konsepsi “kaum revolusioner” dibentuk oleh kita dari pikiran dan kehendak kita, dari totalitas semangat-semangat terbaik kita, dan oleh karenanya kata “kaum revolusioner” dipenuhi dengan ideal-ideal dan moral-moral tertinggi yang telah kita rebut dari seluruh epos revolusi kebudayaan sebelumnya. Oleh karenanya kita seperti melempar sebuah hujatan kepada anak-cucu kita bila kita tidak menganggap mereka sebagai kaum revolusioner. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa kaum revolusioner adalah sebuah produk dari kondisi sejarah tertentu, sebuah produk dari masyarakat kelas. Kaum revolusioner bukanlah abstraksi psikologis. Revolusi sendiri bukanlah prinsip abstrak, tetapi sebuah kenyataan material historis, yang tumbuh dari antagonisme kelas, dari penindasan satu kelas oleh yang lainnya. Oleh karenanya kaum revolusiner adalah sebuah tipe historis yang konkrit, dan sebagai konsekuensinya sebuah tipe yang temporer (sementara). Kita bangga menjadi tipe ini. Tetapi dari kerja kita, kita sedang membangun kondisi masyarakat dimana tidak akan ada lagi antagonisme kelas, tidak akan ada lagi revolusi, dan oleh karenanya tidak akan ada lagi kaum revolusioner. Benar kalau kita bisa meluaskan arti kata “kaum revolusioner” sampai ia mencakup seluruh aktivitas sadar dari manusia - seperti menundukkan alam atau meluaskan pencapaian-pencapaian teknik dan kebudayaan, atau bahkan membangun jembatan-jembatan ke alam dunia lain yang sekarang tidak dapat kita ketahui atau bayangkan. Tetapi kita tidak punya hak untuk membuat abstraksi semacam itu, untuk membuat peluasan tanpa batas akan konsepsi “kaum revolusioner”, karena kita belumlah menyelesaikan tugas historis, politik, dan revolusioner kita yang konkrit – yakni penumbangan masyarakat kelas.
Masyarakat kita telah mengambil satu lompatan besar keluar dari perbudakan kapitalis, tetapi bahkan perbatasan dari masyarakat komunis yang harmonis belum terlihat. Sebagai konsekuennya – dan saya rasa tidaklah salah untuk menekankan ini, dan menekankan ini dengan sangat kuat pada perayaan ulang tahun Universitas Sverdlov – tujuan pendidikan kita bukanlah untuk membangun, dalam kondisi laboratorium, sebuah masyarakat komune yang harmonis di dalam sebuah tahapan transisi masyarakat yang sangat tidak harmonis. Tugas semacam ini akan sangat utopis kekanak-kanakan. Kita ingin menciptakan kaum pejuang dan kaum revolusioner, yang akan mewarisi dan menyelesaikan tradisi-tradisi historis yang belum kita selesaikan sepenuhnya.
2. NEP[3], pengepungan imperialis, dan Internasional Ketiga
Oleh karenanya, ketika kita mendekati masalah seperti yang dikemukan dalam cara yang tepat, konkrit, dan historis ini, beberapa kesalahpahaman yang bahkan kita dengar dari beberapa kamerad (mereka yang memiliki cara berpikir yang terlalu humanis) akan memudar sendirinya. Ada kekhawatiran akan bahaya-bahaya NEP. Bukankah pendidikan manusia baru – mereka berkata kepada kita – tidak mungkin di bawah NEP? Biar saya tanyakan ini: Di bawah kondisi apa kita dilatih? Generasi kita, setelah merayakan ulangtahunnya yang keempatpuluh, dilatih di bawah kapitalisme. Dan partai kita tidak akan bisa tumbuh menjadi sebuah partai revolusioner dengan anggota-anggota revolusionernya yang berbakat dan unik tanpa kondisi-kondisi rejim borjuis yang dilipatgandakan oleh kondisi-kondisi rejim Tsar. Dan bila kita sekarang memiliki NEP, yakni relasi-relasi pasar di negeri kita, dan bila, maka dari itu, ada kemungkinan – ya, ada kemungkinan teoritis – kalau kapitalisme dapat terrestorasi (bila kita, sebagai sebuah partai, berkhianat atau melakukan kesalahan historis yang besar) – bila bahaya ini eksis, bagaimana ini dibandingkan dengan tujuan kita untuk membesarkan masyarakat komune yang harmonis?
Bila masalahnya adalah melatih pejuang-pejuang komunisme, ijinkan saya bertanya, dalam cara bagaimana kondisi-kondisi pasar yang dipaksakan pada kita oleh alur perjuangan dapat menghalangi generasi muda untuk mengembangkan psikologi perjuangan pantang menyerah? Kaum Spartan biasanya menunjukkan pada kaum muda mereka para pelayan dan budak pemabuk guna menanamkan dalam diri mereka keengganan untuk minum-minum. Saya pikir pelajar-pelajar Sverdlov tidak membutuhkan metode yang ekstrim seperti itu. [Tawa] Tetapi dalam hal masalah-masalah sosial, supaya kita tidak mendapatkan kesan bahwa kita telah menyeberangi perbatasan sosialisme dengan penuh dan pasti, sejarah kadang-kadang menunjukkan kepada kita para NEPmen[4] – para budak pasar – yang sadar dan bahkan kadang-kadang mabuk. Hari ini restorasi kapitalisme adalah semi-ilusi, tetapi besok ia bisa menjadi sebuah kenyataan bila partai kita menyerah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan perkembangan sejarah.
Bagaimana NEP dapat menghalangi perkembangan pejuang-pejuang revolusioner? Ia tidak bisa. Justru NEP membuat tugas-tugas historis kita lebih spesifik dan hari ini berfungsi sebagai metode yang paling penting untuk melatih kaum muda buruh dan tani revolusioner dengan contoh negatif.
Akan tetapi, NEP bukanlah satu-satunya fitur yang mengingatkan kita bahwa kita belumlah memasuki dunia komune yang damai dan bahagia. Satu lagi pengingat adalah para budak pasar tingkat-tinggi di luar negeri. Sejarah kadang-kadang membuat mereka mabuk, dan mereka mengirimkan kepada kita catatan-catatan untuk mengingatkan kita bahwa kaum borjuis, hak milik pribadi, dan kapital masil merupakan kenyataan dan faktor yang kuat.
Berhubungan dengan para budak pasar tingkat-tinggi ini, yang karena alasan tatakrama internasional tidak akan saya namakan, ada sebuah artikel di koran Yunosheskaya Pravda [Kebenaran Kaum Muda] hari ini dengan judul yang sangat menarik perhatian, yang tidak akan saya ulangi disini. (Mereka yang penasaran dapat membaca koran edisi terbaru tersebut)[5] Disini, tuan-tuan terhormat yang tidak dapat saya namakan ini mengingatkan kita dengan tindakan-tindakan mereka bahwa perjuangan kelas kita sekarang telah mengambil bentuk diplomasi dan militer. Ini karena kita adalah proletariat – dengan menggunakan frasenya Engels – yang terorganisir ke dalam sebuah negara dan dikepung oleh borjuasi yang terorganisir ke dalam sejumlah negara-negara, dan hubungan kita dengan negara-negara lain ini tidak lain adalah perjuangan kelas yang mengambil bentuk lain, yakni pada satu waktu dalam bentuk militer atau revolusioner secara terbuka, dan pada waktu yang lain dalam bentuk reformis atau diplomasi. Ini bukan hanya sebuah metafor atau perumpamaan, tetapi sebuah kenyataan sejarah yang hidup dan tak terbantahkan! Kita sedang mengobarkan sebuah perjuangan kelas yang tak terinterupsi dengan cara diplomasi, perdagangan luar-negeri, dan pertahanan militer. Ini adalah sebuah perjuangan kelas sepanjang garis perbatasan kita, yakni garis depan peperangan sepanjang 50.000 kilometer, yang melebihi panjang garis katulistiwa. Ini adalah satu faktor penting yang membuat mustahil abstraksi humanis mengenai manusia baru, dan juga membuat kita menjadi lebih berkomitmen pada realitas keras pejuang revolusioner.
Ketika kita sedang berjuang di garis depan peperangan, kita punya sekutu di seberang setiap garis depan – yakni kaum buruh dan tani. Dan hari ini, dalam skala internasional, di seberang garis perbatasan darat dan laut kita yang sepanjang 50.000 kilometer, kita memiliki sekutu-sekutu yang sedang menyerang musuh-musuh kita dari belakang – yakni gerakan kelas buruh sedunia. Hubungan dengan mereka, bagi kaum muda revolusioner kita, adalah komponen fundamental dari pendidikan komunis yang sejati. Tentu saja Marx, tentu saja Engels, tentu saja Lenin, adalah dasar, pondasi, dan pegangan teori kita. Tetapi dengan buku saja, kalian hanya akan melatih kutubuku!
Pejuang-pejuang revolusioner hanya bisa dilatih di bawah kondisi dimana mereka punya dasar teori dan pada saat yang sama juga terhubungkan secara dekat dan tak perpisahkan dengan kenyataan praktikal dari perjuangan kelas revolusioner di seluruh dunia. Mengamati perjuangan global ini dengan seksama, memahami logikanya, memahami hukum-hukum internalnya, ini semua adalah kondisi-kondisi utama untuk melatih kaum muda revolusioner di epos kita, sebuah epos dimana semua politik dan semua kebudayaan, bahkan sampai ke kontradiksi-kontradiksi mereka yang paling buruk dan berdarah-darah, menjadi semakin internasional.
3. Revolusi dan Mistisisme
Universitas Sverdlov harus melatih kaum revolusioner. Apa itu kaum revolusioner? Apa karakter-karakter utama dari kaum revolusioner? Kita harus menekankan bahwa kita tidak punya hak untuk memisahkan kaum revolusioner dari basis kelas darimana dia telah berkembang, yang tanpanya dia bukanlah apa-apa. Kaum revolusioner epos kita, yang hanya bisa diasosiasikan dengan kelas buruh, memiliki karakter-karakter psikologisnya yang unik, kualitas-kualitas intelek dan semangat mereka sendiri. Bila diperlukan dan memungkinkan, kaum revolusioner menghancurkan halangan-halangan historis dan menggunakan kekerasan untuk tujuan itu. Bila ini tidak memungkinkan, maka mereka mengambil jalan memutar, melemahkan dan menghancurkan, dengan sabar dan teguh. Mereka adalah kaum revolusioner karena mereka tidak takut untuk menghancurkan segala macam halangan dan dengan tidak mengenal kasihan menggunakan kekerasan. Mereka memahami nilai sejarah dari hal-hal tersebut. Adalah tujuannya untuk terus melakukan pekerjaan destruktif dan kreatifnya dengan kapasitas penuh, yakni, untuk memperoleh dari kondisi-kondisi sejarah tertentu tingkatan paling maksimum dimana mereka mampu menghasilkan gerak maju untuk kelas revolusioner.
Kaum revolusionis hanya tahu halangan-halangan eksternal untuk aktivitasnya, bukan halangan-halangan internal. Yakni, mereka harus mengembangkan di dalam diri mereka sendiri kapasitas untuk mengevalusi situasi mereka, kenyataan materiil dan konkrit dari seluruh arena aktivitas mereka, dengan aspek-aspek positif dan negatifnya, dan untuk mencapai sebuah keseimbangan politik yang tepat. Tetapi bila dia secara internal terhambat oleh halangan-halangan subjektif untuk beraksi, bila dia tidak memiliki pemahaman atau kekuatan tekad, bila dia menjadi lumpuh oleh goncangan internal, oleh prasangka-prasangka agama, nasional, etnik, atau profesi, maka dia paling banter hanyalah setengah revolusioner.
Kamerad, sudah terlalu banyak halangan-halangan di dalam kondisi objektif, dan kaum revolusioner tidak boleh memberikan dirinya kemewahan untuk melipatgandakan halangan-halangan dan friksi-friksi objektif dengan halangan-halangan subjektif. Oleh karenanya pendidikan kaum revolusioner harus, terutama, berarti emansipasi diri mereka dari warisan kebodohan dan tahayul, yang sering terpelihara bahkan di dalam kesadaran yang sangat “sensitif”. Dan oleh karenanya, kita menentang dengan keras siapapun yang berani berpendapat bahwa mistisisme atau sentimen-sentimen agama dapat dikombinasikan dengan Komunisme.
Kau tahu tidak lama yang lalu seorang kamerad Swedia yang cukup ternama menulis mengenai kecocokan antara agama bukan hanya dengan keanggotaan Partai Komunis, tetapi bahkan dengan cara pandang Marxis.[6] Kita berpendapat bahwa ateisme, yang merupakan sebuah elemen tak terpisahkan dari cara pandang materialis, adalah sebuah kondisi yang diperlukan untuk pendidikan teori kaum revolusioner. Dia yang percaya pada dunia yang lain tidak akan mampu mengkonsentrasikan semua semangatnya untuk mengubah dunia yang ada sekarang ini.
4. Darwinisme dan Marxisme
Inilah mengapa ilmu alam sangatlah penting di Universitas Sverdlov. Tanpa Darwin, kita tidak akan ada disini. Kamerad, saya ingat bertahun-tahun yang lalu ... berapa tahun coba saya ingat? Hampir seperempat abad yang lalu, ketika saya dipenjara di Odessa, saya membaca buku Darwin Origin of Species by Natural Selection untuk pertama kalinya. Saya masih ingat dengan jelas betapa terkejutnya saya ketika membaca buku tersebut. Saya tidak ingat dimana di buku tersebut Darwin menggambarkan perkembangan bulu burung, kalau bukan burung merak maka burung megah lainnya, dan menunjukkan bagaimana dari penyimpangan-penyimpangan warna yang kecil maka warna-warni yang sangat kompleks dapat muncul. Saya harus akui bahwa hanya pada saat itu, ketika mempertimbangkan ekor burung merak dari perspektif teori Darwin, saya merasa bahwa saya mestilah seorang ateis. Karena, bila alam dapat melakukan kerja yang begitu detil dan megah hanya dengan metode “buta”nya, mengapa kerja tersebut membutuhkan intervensi dari luar? Beberapa bulan kemudian, ketika saya membaca otobiografi Darwin – semua ini tertanam dalam di ingatan saya! – dimana ada kalimat seperti ini: Walaupun saya, Darwin, telah menolak teori penciptaan dari Alkitab, saya masih mempertahankan kepercayaan saya pada Tuhan. Saya menjadi tersentuh. Dan saya tidak tahu apakah kalimat itu adalah sebuah kebohongan atau sebuah diplomasi untuk mengikuti opini publik kaum borjuis Inggris saat itu, kaum borjuis paling munafik di dunia; atau mungkin di dalam otak pak tua ini – salah satu orang yang paling pintar dalam sejarah manusia – masih ada sel-sel kecil yang tidak terpengaruh oleh Darwinisme, dimana kepercayaan agama masih tertanam dari masa mudanya ketika dia sedang belajar untuk menjadi seorang pastor? Saya memutuskan untuk tidak mengejar masalah psikologi ini. Tetapi apakah ini penting? Bahkan bila Darwin, seperti yang dia sendiri katakan, tidak kehilangan kepercayaannya kepada Tuhan karena semua penyangkalannya terhadap teori penciptaan dari Alkitab, Darwinisme sendiri pada dasarnya sama sekali bertentangan dengan kepercayaan ini.
Di dalam ini, seperti halnya di dalam aspek-aspek lain, Darwinisme adalah pelopor Marxisme. Dalam pengertian materialis dan dialektis yang luas, Marxisme adalah aplikasi Darwinisme pada masyarakat manusia. Liberalisme Manchester telah mencoba memasukkan Darwinisme secara mekanis ke dalam sosiologi. Usaha-usaha seperti ini hanya menghasilkan analogi-analogi kekanak-kanakan yang menjadi kedok untuk pembenaran borjuis yang bermaksud jahat: bahwa kompetisi pasar dapat dijelaskan oleh hukum perjuangan eksistensi yang “abadi”. Tidak ada alasan untuk berkutat dalam kekonyolan seperti itu. Hanya hubungan internal antara Darwinisme dan Marxisme yang memungkinkan kita untuk memahami aliran hidup dari eksistensi di dalam hubungan awalnya dengan alam inorganik; di dalam partikularisasinya yang selanjutnya dan evolusinya; di dalam dinamikanya; di dalam diferensiasi kebutuhan-kebutuhan hidup di antara nenek-moyang kerajaan tumbuh-tumbuhan dan binatang; di dalam perjuangan-perjuangannya; di dalam perubahan-perubahannya; di dalam perkembangan-perkembangannya, yang mana ia menjadi lebih kompleks dalam bentuknya; di dalam munculnya manusia “pertama” atau makhluk yang menyerupai manusia, yang menggunakan alat untuk pertama kalinya; di dalam perkembangan kerjasama primitif [komunisme primitif – Pent.], makhluk-makhluk ini menggunakan alat-alat yang mereka ciptakan sendiri; di dalam stratifikasi masyarakat selanjutnya sebagai akibat dari perkembangan alat-alat produksi, yakni alat-alat untuk menundukkan alam; di dalam peperangan antar kelas; dan, akhirnya, di dalam perjuangan untuk menghapus kelas-kelas.
Pemahaman dunia dari sudut pandang materialis yang begitu luas ini menandakan emansipasi kesadaran manusia untuk pertama kalinya dari sisa-sisa mistisisme, dan mengamankan tempat pijak yang kuat. Ini menandakan bahwa di masa depan tidak akan ada halangan-halangan subjektif di dalam perjuangan ini, tetapi bahwa satu-satunya halangan dan resisten yang ada adalah eksternal, dan harus dilemahkan di beberapa kasus, diatasi dalam kasus lain, dihancurkan dalam kasus yang lain lagi – tergantung kondisi-kondisi dari konflik tertentu.
5. Teori Perjuangan Revolusioner
Betapa sering kita mengatakan: “Praktek pada akhirnya menang.” Ini benar di dalam pengertian bahwa pengalaman kolektif dari sebuah kelas, dan dari seluruh umat manusia, perlahan-lahan menyapu ilusi-ilusi dan teori-teori keliru yang berdasarkan generalisasi yang terlalu terburu-buru. Tetapi juga bisa dikatakan dengan kebenaran yang sama: “Teori pada akhirnya menang,” ketika kita memahami bahwa teori pada kenyataannya terdiri dari total pengalaman umat manusia. Di lihat dari sudut pandang ini, pertentangan antara teori dan praktek hilang, karena teori tidak lain adalah praktek yang dipertimbangkan dan digeneralisasi dengan tepat. Teori tidak menyangkal praktek, tetapi teori menyangkal pendekatan praktek yang serampangan, empiris, dan kasar. Kita dapat mengatakan “persenjatai dirimu dengan teori karena pada analisa terakhir teori-lah yang menang.” Supaya bisa mengevaluasi dengan benar kondisi-kondisi perjuangan, termasuk situasi kelas kita sendiri, kita harus memiliki sebuah metode orientasi politik dan sejarah yang dapat diandalkan. Ini adalah Marxisme, atau, sehubungan dengan epos baru-baru ini, Leninisme.
Marx dan Lenin – mereka adalah dua pemandu utama di dalam bidang pemikiran sosial. Pemikiran dari kedua orang ini, yang mengejawantahkan pandangan dunia materialis dan dialektis, membentuk dasar dari program Universitas Komunis Sverdlov. Marx – Lenin! Kombinasi ini mengesampingkan segala bentuk “akademisme”. Saya merujuk pada diskusi-diskusi mengenai akademisme yang dilakukan di sekolah kalian dan kemudian menemukan diri mereka di kolum-kolum koran partai[7]. Akademisme dalam artian kepercayaan pada pentingnya teori di-dalam-dirinya-sendiri adalah hal yang sangat menggelikan bagi kita sebagai kaum revolusioner. Teori melayani kemanusiaan secara kolektif; teori melayani tujuan revolusi.
Benar dalam periode-periode tertentu dari perkembangan sosial kita ada usaha-usaha untuk memisahkan Marxisme dari aksi revolusioner. Ini terjadi pada apa-yang-disebut periode Marxisme Legal pada tahun 1890an.[8] Kaum Marxis Rusia terbagi menjadi dua kamp: Kaum Marxis Legal dari salon-salon jurnalis di Moskow dan Petersburg; dan kelompok bawah tanah – yang dipenjara, diasingkan, eksil ke luar negeri, ilegal.
Kaum Marxis Legal secara umum lebih terdidik dibandingkan kelompok Marxis muda kami pada saat itu. Benar ada di antara kami sekelompok Marxis revolusioner yang terdidik secara luas, tetapi mereka hanya segelintir. Kami, kaum muda, bila kami jujur pada diri kami sendiri, kebanyakan cukup bodoh. Kami kadang-kadang terkejut oleh beberapa gagasan Darwin. Namun, bahkan tidak semua dari kami punya kesempatan membaca Darwin. Biarpun demikian, saya dapat mengatakan dengan pasti bahwa ketika salah satu dari kaum Marxis muda ini, yang berumur 19 atau 20 tahun, kebetulan bertemu dan berdebat dengan seorang kaum Marxis Legal, sebuah perasaan muncul di dada kaum muda ini bahwa mereka lebih pintar daripada kaum Marxis Legal. Ini bukan serta merta kecongkakan. Tidak. Kunci dari perasaan ini adalah bahwa mustahil untuk benar-benar menguasai Marxisme bila seseorang tidak memiliki semangat untuk melakukan aksi revolusioner. Teori Marxis dapat menjadi sebuah alat yang efektif hanya bila ia dikombinasikan dengan semangat tersebut dan diarahkan untuk mengatasi kondisi-kondisi yang ada sekarang. Dan bila semangat revolusioner ini tidak ada, maka Marxisme tersebutnya hanyalah pseudo-Marxisme, sebuah pisau kayu yang tidak bisa menusuk ataupun memotong. Dan inilah Marxismenya kaum Marxis Legal. Perlahan-lahan mereka berubah menjadi liberal.
Semangat untuk aksi revolusioner adalah sebuah pra-kondisi untuk menguasasi dialektika Marxis. Yang satu tidak bisa hidup tanpa yang lainnya. Marxisme tidak bisa menjadi akademisme tanpa berhenti menjadi Marxisme, atau alat teori untuk aksi revolusioner. Universitas Sverdlov terjaga dari degenerasi akamedis karena ia adalah sebuah institusi partai, dan akan terus menjadi sebuah garisun di dalam benteng revolusioner yang dikepung musuh.
6. Mengingat Sverdlov
Bukan tanpa alasan, Kamerad, kalau universitas kalian dinamai Sverdlov. Kita menghormati Yakov Mikhailovich [Sverdlov], dengan cinta yang mendalam, bukan sebagai seorang teoritisi – dan dia bukan teoritis – tetapi sebagai seorang revolusioner yang menguasai metode Marxis untuk keperluan aksi revolusioner. Seperti kebanyakan dari kita, dia tidak mengembangkan teori Marxisme dengan sendirian dan dia tidak membawanya ke penaklukan ilmiah yang baru, tetapi dia mengaplikasikan metode Marxis dengan penuh percaya diri guna menghantarkan pukulan ke masyarakat borjuis. Begitulah dia yang kita kenal dan begitulah dia sampai akhir hayatnya. Karakternya yang paling unik adalah keteguhannya. Tanpa kualitas ini, Kamerad, seseorang bukan dan tidak akan bisa menjadi revolusioner. Bukan dalam artian kalau seorang revolusioner tidak boleh merasa takut. Terlalu sederhana untuk berbeicara mengenai keberanian secara fisik. Seorang revolusioner harus memiliki sesuatu yang lebih, yakni keteguhan ideologi, keberanian dalam aksi, keteguhan dalam hal-hal yang belum pernah diketahui dalam sejarah, yang belum terverifikasi oleh pengalaman dan oleh karenanya tampak seperti sesuatu yang mustahil. Gagasan insureksi Oktober setelah ia terjadi adalah satu hal; tetapi menggagaskan insureksi Oktober sebelum ia terjadi – ini adalah satu hal yang berbeda. Setiap peristiwa besar, dalam satu cara atau yang lain, mengejutkan orang. Gagasan insureksi Oktober pada hari-hari sebelum insureksi tersebut terjadi – bukankah gagasan ini tampak seperti pengejawantahan dari sesuatu yang mustahil, sesuatu yang tidak dapat dicapai, dan bukankah lebih dari beberapa Marxis ketakutan walaupun mereka pada setiap saat tampak bergerak maju menghadapinya? Dan signifikansi dari Revolusi Oktober terungkap di dalam kenyataan bahwa, pada hari-hari tersebut, sejarah menimbang kelas-kelas, partai-partai, dan individu-individu di tangannya, dan membuang yang tidak berguna.
Sverdlov tidak terbuang. Dia adalah seorang pejuang sejati, terbuat dari komponen-komponen baik, dan dia telah menguasai senjata-senjata Marxisme untuk mampu melewati hari-hari Oktober dengan teguh dan penuh percaya diri. Saya menyaksikan dia di bawah situasi-situasi yang berbeda-beda: di pertemuan-pertemuan massa raksasa, di sesi-sesi Komite Pusat yang tegang, menjabat posisi di berbagai komisi, di Komite Militer Revolusioner, dan di sesi-sesi Kongres Soviet Seluruh Rusia. Lebih dari sekali saya mendengar suara orasinya yang lantang and suara “ruang pertemuan”nya sebagai anggota Komite Pusat. Dan, kamerad, saya tidak pernah melihat ekspresi kebingungan di wajahnya, apalagi ketakutan. Pada saat jam-jam yang paling berbahaya, dia selalu tampil sama: dengan topi kulitnya di kepalanya, dengan rokok di bibirnya, tersenyum, kurus, kecil, tidak pernah diam, dan yang terutama selalu percaya diri dan tenang ... Begitulah dia pada Juli 1917[9], selama kegilaan Tentara Putih[10]; dia seperti itu selama jam-jam yang paling menegangkan sebelum insureksi Oktober; dia seperti itu selama hari-hari invasi Jerman setelah Perjanjian Brest-Litovsk[11] ditandatangani; dan selama hari-hari pemberontakan Juli kaum Sosial Revolusioner (SR) Kiri[12], dimana sekelompok Dewan Komisar Rakyat – SR Kiri yang minoritas – menembaki sekelompok lain Dewan Komisar Rakyat – Bolshevik yang mayoritas – di jalan-jalan Kremlin. Saya ingat Yakov Mikhailovich, dengan topi kulitnya yang selalu dipakainya, tersenyum dan bertanya, “Bukankah ini jelas adalah waktunya untuk pindah lagi dari Dewan Komisar Rakyat ke Komite Militer Revolusioner?” Bahkan di saat-saat tersebut, ketika Cekoslovakia mengancam Nizhny Novgorod, dan kamerad Lenin terluka oleh peluru SR, Sverdlov tidak pernah bimbang. Ketenangan dan kepercayaan dirinya yang teguh tidak pernah meninggalkan sisinya. Dan ini, kamerad, adalah kualitas tak ternilai, sejati, dan sungguh berharga dari seorang revolusioner tulen.
Kita tidak tahu hari-hari atau momen-momen seperti apa yang menunggu di depan kita, pertempuran macam apa yang harus kita hadapi, barikade-barikade apa yang harus kita rebut dan bahkan lepaskan untuk sementara. Kita telah merebut mereka lebih dari sekali, kehilangan mereka, dan merebut mereka kembali. Kurva perkembangan revolusi adalah satu garis yang sangat berkelok-kelok. Kita harus siap menghadapi apapun. Semangat pemberani Sverdlov harus menginspirasi murid-murid Universitas Sverdlov. Hanya dengan demikian kita bisa yakni akan kelanjutan tradisi-tradisi militan partai kita.
7. Partai di Timur
Sebelumnya saya mengatakan, kamerad, bahwa mistisisme dan agama tidaklah sesuai dengan keanggotaan Partai Komunis. Pernyataan ini tidaklah tepat, dan saya ingin memperbaikinya – bukan karena hal-hal yang abstrak, tetapi karena bagi kita, bagi Partai Komunis Republik Soviet, masalah ini memiliki signifikansi yang sangatlah praktikal.
Moskow jelas adalah pusat dari Uni Soviet, tetapi ada daerah yang sangat luas di Uni Soviet, yang dihuni oleh nasionalitas-nasionalitas yang sebelumnya tertindas dan oleh orang-orang yang terbelakang tetapi bukan karena kesalahan mereka sendiri. Masalah membentuk atau mengembangkan partai-partai Komunis di daerah-daerah ini adalah salah satu masalah kita yang paling penting dan kompleks. Mencari solusi untuknya akan menjadi tanggungjawab murid-murid Universitas Sverdlov dalam kerja mereka di hari depan.
Kita berbatasan dengan dunia luar, dan terutama dengan daerah Timur yang berpenduduk luas di sepanjang perbatasan republik-republik Soviet yang terbelakang ini. Menurut hukum dan logika kediktaturan revolusioner, kita tidak akan mengijinkan bahkan satu partaipun yang menjadi agen kaum borjuasi secara terbuka atau sembunyi-sembunyi untuk menunjukkan kepalanya di republik-republik Soviet. Dalam kata lain, kita hanya akan mengijinkan hak Partai Komunis untuk berkuasa selama periode transisi revolusioner ini. Untuk alasan yang sama, Turkesta, Azerbaidzhan, Georgia, dan Armenia, seperti di banyak daerah di Uni Soviet kita, kita hanya akan memberikan Partai Komunis lokal, yang didukung oleh lapisan buruh yang paling miskin, hak untuk mengatur nasib rakyat di periode transisional.
Tetapi di daerah-daerah tersebut, basis sosialnya – yakni kelas proletariat – dari mana partai kita lahir di kota-kota dan menjadi kuat di dalam pertempuran, sangatlah lemah. Bahkan tidak ada sejarah politik pra-revolusi yang merupakan karakter dari kaum proletariat Petrograd. Di sana, hanya Revolusi Oktober yang membangunkan massa petani yang terbelakang dan dulunya tertindas ke kehidupan politik secara sadar atau setengah-sadar; dan setelah terbangunkan, mereka bergravitasi ke Partai Komunis, sebagai pembebas mereka. Elemen-elemen mereka yang paling maju mencoba bergerak maju masuk ke dalam partai – mereka-mereka yang jujur, revolusioner, tetapi di masa lalunya tidak pernah mendapatkan pengalaman perjuangan kelas, tidak pernah mengalami pemogokan, pemberontakan, pertempuran barikade, kelompok studi propaganda, membaca koran revolusioner dalam bahasa mereka atau bahasa lain, dll. Mereka adalah elemen-elemen yang baru saja bangkit keluar dari barbarisme semi-nomadik, dari Lama-isme[13], perdukunan, atau dunia Islam, dan sekarang mereka sedang mengetuk pintu Partai Komunis kita. Kita sedang membuka pintu partai kita untuk elemen-elemen maju dari rakyat terbelakang ini; dan tidaklah mengejutkan kalau kita mengamati di Turkestan atau di sejumlah republik lainnya cukup besar persentase anggota partai kita adalah penganut agama – di beberapa partai ini sampai sebanyak 15 persen.
Apakah ini sama dengan teori yang dikembangkan oleh “para pemimpin” lain mengenai kesesuaian antara agama dan Marxisme? Tidak, ini sama sekali tidak sama. Adalah satu hal kalau seorang intelektual yang terpelajar, yang masuk ke Partai Komunis karena kebetulan, tetapi merasa tidak puas, atau menderita sakit maag ideologis karena salah cerna teori, lalu berpikir bahwa sekali-sekali dia membutuhkan satu dosis obat mistisisme untuk menyembuhkan sakit maag ideologinya atau penyakit-penyakit lainnya. Kemalasan ideologi ini, kesombongan yang vulgar ini, adalah kehampaan aristokratik.
Tetapi adalah hal yang benar-benar berbeda ketika kita berbicara mengenai anggota-anggota baru yang segar dari republik Turkestan atau Azerbaidzhan – murni, belum teruji oleh sejarah – yang datang mengetuk pintu kita. Kita harus menerima mereka dan melatih mereka. Tentu saja akan lebih baik kalau kita mendapatkan seorang proletariat yang sudah punya pengalaman mogok dan pengalaman melawan gereja, yang telah menolak prasangka-prasangka tua dan lalu hanya setelah itu datang ke komunisme. Inilah yang terjadi di Eropa, dan sampai tingkatan tertentu juga di pusat negeri kita (Moskow). Tetapi di Timur tidak punya pengalaman ini sama sekali. Di sana partai kita adalah sekolah politik dasar, dan ia harus memenuhi tugas ini dengan sepatutnya. Kita harus menerima ke dalam partai kita kamerad-kamerad yang belumlah pecah dari agama mereka, dan kita melakukan ini bukan untuk mendamaikan Marxisme dengan Islam, tetapi dengan bijaksana tetapi gigih membebaskan kesadaran anggota-anggota yang terbelakang dari tahayul, yang dalam esensinya adalah musuh moral komunisme.
Dengan setiap cara yang dapat kita gunakan, kita harus membantu mereka mengembangkan setiap aspek kesadaran mereka, meningkatkan tingkat kesadaran mereka sampai mereka benar-benar memiliki sudut pandang materialis yang aktif. Salah satu tugas kalian yang paling penting, kamerad-kamerad Universitas Sverdlov, adalah untuk memperluas dan memperkuat hubungan antara Timur dan Barat. Ingat: kita adalah sumber dan pembawa kebudayaan untuk seluruh benua Asia luas. Kita harus pertama-tama menyadari dan melaksanakan misi kita untuk Asia ini dalam batasan Uni Soviet kita. Bahkan bila sulit mendidik ulang secara ideologis para sesepuh atau orang-orang tua Turk, Bashkir, atau Kirghiz, kita bisa melakukan ini terhadap kaum mudanya. Inilah tugas utama dari kaum Komunis Muda kita di Universitas Sverdlov.
Revolusi kita akan berlangsung bertahun-tahun, banyak tahun. Revolusi ini akan berkepanjangan dan akan selesai hanya setelah berpuluh-puluh tahun. Kalian-lah yang akan menjadi penerusnya. Saya tidak tahu apakah kalian semua akan menjadi orang-orang yang menyelesaikannya. Tetapi akan menjadi sebuah sumber kegembiraan, kamerad, kalau kalian menjadi partisipannya, kalau kalian tidak membiarkan diri kalian pecah dari kontinuitas ideologi revolusioner. Dan dengan memiliki teori sebagai instrumen perjuangan, kalian akan menggunakannya ke arena yang lebih luas. Tujuan utama dari Universitas Sverdlov adalah untuk melatih pertahanan kita yang paling dapat diandalkan, yakni perwakilan-perwakilan generasi muda. Mari kita ingat ini selalu: pada akhirnya, teori yang akan menang!
8. Universitas Sverdlov dan Lenin
Saya tidak meragukan kalau di tahun-tahun ke depan hubungan antara Universitas Sverdlov di satu pihak, dan Institut Lenin dan Institut Marx di pihak lain, akan menjadi lebih kuat. Bagi generasi lebih muda, jalan ke Marx adalah melalui Lenin. Jalan langsung menjadi semakin sulit, karena periode yang terlalu panjang yang memisahkan generasi baru dari para jenius yang menemukan Sosialisme Ilmiah, Marx dan Engels. Leninisme adalah perwujudan tertinggi dan intisari dari Marxisme untuk aksi revolusioner yang langsung di dalam epos kematian masyarakat borjuasi. Institut Lenin di Moskow harus dibuat sebagai akademi strategi revolusioner yang lebih tinggi. Hubungan antara Universitas Sverdlov dan Institut Lenin harus dibangun semenjak awal supaya bisa dikembangkan dan diperkuat lebih lanjut.
Kamerad! Di ulang tahun kelima kita, kita hanya sedih kalau pemimpin kita Ilyich [Lenin] tidak duduk bersama kita disini. Kita selalu memikirkan keadaan sakitnya yang parah dan berkepanjangan. Tetapi di samping kesedihan ini, dan meringankannya, adalah perasaan keyakinan teguh bahwa semangat Lenin telah merasuki Partai Komunis kita, dan juga salah satu sekutu terbaik kita, Universitas Sverdlov. Dan dengan ini, kita dapat mengatakan bahwa pemimpin dan guru kita tidak ada disini duduk bersama kita hari ini, tetapi kejeniusan revolusionernya ada bersama kita. Semangat Lenin ada bersama kita di ulang tahun Universitas Sverdlov. Paru-paru revolusioner kita menghirup atmosfer doktrin yang lebih baik dan lebih tinggi yang telah diciptakan oleh perkembangan pemikiran manusia yang sebelumnya. Oleh karenanya kita begitu yakin bahwa hari esok adalah milik kita.
Saya tidak dapat menyimpulkan sambutan dari Komite Pusat partai kita dengan cara yang lain, Kamerad, kecuali dengan menyampaikan sambutan persahabatan dan rasa cinta dari para murid kita untuk guru kita Ilyich! [Tepuk tangan dan menyanyikan Internasionale]
Catatan:
[1] Pengambilan suara yang memutuskan untuk membentuk satu negara kesatuan dari Republik-Republik Soviet Sosialis Rusia, Ukraina, Georgia, Armenia, Azerbaidzhan, dan Byelorussian, terjadi pada tanggal 30 Desember 1922. Di dalam perdebatan mengenai apa bentuk persatuan ini, mayoritas yang dipimpin oleh Lenin dan Trotsky menekankan bahwa persatuan ini harus bersifat sukarela, dengan mempertimbangkan kepentingan militer dan ekonomi nasionalitas-nasionalitas yang lebih kecil atau lebih terbelakang yang dulunya tertindas, dan bahwa hak memisahkan diri harus dipertahankan untuk melindungi kesetaraan antar bangsa.
[2] Yakov Mikhaylovich Sverdlov atau dikenal Jacob Sverdlov (1885 – 1919) adalah seorang pemimpin Bolshevik. Dia bergabung dengan Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia pada tahun 1902, dan lalu mendukung faksi Bolshevik. Dia menjabat sebagai anggota Komite Pusat pada saat Revolusi 1917. Dia menjadi kepala negara Uni Soviet sampai pada kematiannya pada tahun 1919 akibat penyakit influenza.
[3] Kebijakan Ekonomi Baru, atau New Economic Policy (NEP), adalah kebijakan ekonomi yang diambil oleh Uni Soviet setelah perang sipil yang menghancurkan sendi-sendi ekonomi negeri. Kebijakan ini disahkan pada tahun 1921 di Kongres Partai Komunis Kesepuluh untuk menggantikan kebijakan Komunisme Militer. NEP adalah inisiatif Lenin. Melihat kehancuran ekonomi akibat Perang Sipil, Lenin menganjurkan NEP sebagai kebijakan sementara untuk memperbolehkan pasar bebas dan investasi asing.
[4] NEPmen adalah para pelaku bisnis di Uni Soviet yang mengambil kesempatan untuk memperkaya diri mereka pada saat periode NEP pada tahun 1920an, dimana perdagangan swasta ditolerir oleh pemerintahan Uni Soviet selama perusahaan-perusahaan negara masih belum bisa menyediakan barang dan jasa yang memadai.
[5] Judul artikel tersebut adalah “Merzartsky” atau “Penjahat”.
[6] Pada tahun 1923, Seth Hoeglund (1884-1956) menerbitkan sebuah artikel di koran Partai Komunis Swedia yang mencoba membuktikan bahwa seseorang dapat menjadi seorang komunis dan seorang pemegang kepercayaan agama pada saat yang sama. Untuk menjadi seorang anggota Partai Komunis, dia berpendapat, cukup dengan setuju dengan programnya dan tunduk pada disiplinna. Dari tahun 1923 dan 1924, dia memimpin sebuah perjuangan melawan Komite Eksekutif Komintern mengenai masalah ini dan masalah-masalah lainnya, dan dia akhirnya dipecat pada bulan Agustus 1924.
[7] Pada akhir tahun 1921, sebuah perdebatan berkembang di koran Pravda, mencoba menjelaskan kaum muda yang bergerak ke akademisme, atau teori abstrak. – Penerjemah.
[8] Marxis Legal adalah sebuah kelompok di Rusia pra-revolusioner yang mengembangkan bentuk Marxisme yang sangat abstrak dan non-revolusioner sehingga mereka diperbolehkan berfungsi secara legal di bawah rejim Tsar. Kelompok ini dipimpin oleh Peter Struve (1870-1944). Setelah Revolusi Oktover, kebanyakan kaum Marxis Legal menjadi musuh besar rejim Bolshevik.
[9] Hari-hari Juli 1917 adalah hari-hari dimana terjadi demonstrasi besar di Rusia menuntut turunnya Pemerintahan Provisonal. Demo-demo ini terjadi tanpa arahan dan akhirnya ditumpas secara kejam. Bolshevik dituduh bertanggungjawab. Pemimpin-pemimpin mereka ditangkap, koran-koran mereka dibredel, dan partai mereka dilarang.
[10] Tentara Putih adalah nama yang diberikan kepada pasukan konter revolusi setelah Revolusi Oktober
[11] Perjanjian Brest-Litovsk – Brest-Litovsk adalah sebuah kotadi perbatasan Rusia-Polandia dimana perjanjian gencatan senjata antara Rusia dan Jerman ditandatangani oleh delegasi Soviet pada tanggal 3 Maret 1918. Pasal-pasal perjanjian tersebut tidak menguntungkan bagi Rusia, tetapi pemerintahan Soviet terpaksa menandatanganinya karena saat itu mereka tidak dapat melawan. Kurang dari dua minggu setelah penandatanganan perjanjian tersebut, Jerman menyerang Rusia.
[12] Sosial Revolusioner (SR), dibentuk pada tahun 1900, adalah partai politik aliran populisme Rusia. Sebelum Revolusi Oktober 1917, mereka memiliki pengaruh terbesar di antara petani. Sayap kanannya dipimpin oleh Kerensky. SR Kiri masuk ke dalam pemerintahan koalisi bersama dengan Bolshevik setelah Revolusi Oktober. Namun, kecewa dengan perjanjian Brest-Litovsk, dan tidak bersedia menerima kebijakan Bolshevik untuk berdamai dengan Jerman untuk sementara, kaum SR Kiri mengorganisir sebuah pemberontakan pada bulan Juli 1918. Mereka merebut beberapa kantor pemerintah, dan mengumumkan tumbangnya pemerintahan Lenin. Mereka membunuh beberapa figur publik, termasuk duta besar Jerman, dengan harapan ini akan memprovokasi konflik baru dengan Jerman. Pemberontakan ini cepat ditumpas. Dua bulan kemudian, seorang anggota SR Kiri mencoba membunuh Lenin, dan melukai Lenin dengan parah.
[13] Lama adalah titel untuk kepala agama Budha di daerah Tibet.